Kamis, 16 April 2015

Fenomena Membuka Cabang Channelling dan Dealer Motor Roda Tiga

Memang sudah cukup banyak channelling maupun dealer dealer motor roda tiga dalam berbagai brand yang ada di sekitar kita. Namun coba anda teliti Berapakah yang benar-benar serius menekuni bidang ini? Langsung saja saya jawab sendiri dengan cepat masih sedikit yang serius menekuninya. Kenapa? Sebenarnya hal ini ada andil kesalahan dari pihak ATPM yang tidak jeli melihat calon channeling ataupun calon dealer tersebut. Pihak ATPM inginnya jual unit sebanyak-banyaknya dengan mengambil rumus semakin banyak channelling atau semakin banyak dealer maka akan semakin banyak quantity penjualan akan diraih tetapi tidak atau kurang diperhitungkan bagaimana prospek dari channelling atau dealer tsb.Prospek disini sangat banyak faktor yang mempengaruhinya selain positioning lokasi berjualan, lingkungan dan sumber daya manusia dari channelling atau dealer yang akan dibangun tsb sangat vital dan menentukan masa depannya dan masa depan ATPM itu sendiri tentunya. Karena citra ATPM akan tercermin dari channelling dan dealer yang dibentuknya. Ada contoh kasus: sebuah channeling di pilih oleh ATPM tanpa mensurvey seluk beluk sdm maupun lingkungan channelling tsb, yang ternyata ruko kontrakkan dan sewanya bulanan, ketika sudah banyak pembeli, si pengelola channeling lari tidak tahu entah kemana meninggalkan beban STNK dan BPKB puluhan orang yang ternyata tidak diuruskan, si pemilik ruko dan ATPM kelabakan, Hal-hal seperti ini jangan sampai terjadi lagi dimana jelas-jelas citra ATPM akan tercoreng. Ada Juga kasus sebuah channeling dibenturkan dg dibukanya channeling baru yang berdekatan , dalam hal ini ATPM sama sekali kurang bijaksana. Dua buah channeling yang berdekatan akan perang saudara dan bom-boman adu paling murah baik soal promo maupun harga, ujung-ujungnya kalau keduanya sepandai-pandainya menjual tentu akhirnya akan ngelus dada karena margin profit channelling nya menjadi sangat tipis dan tidak ada dana untuk membiayai after sales service, Nah keadaan ini tentu sangat menyedihkan karena yang dijual produk yang sama dan dikeluarkan oleh ATPM yang sama pula. Kedua channelling tsb kurang sejahtera, lambat laun akan tutup siapa yang rugi? Bagaimana pendapat anda?Dan ATPM jangan pasif, harus responsif begitu melihat situasi kurang kondusif ya harus cepat bertindak.

Tidak ada komentar: